SEBUAH PERENUNGAN: “AKAN KEMANA KAU TARUHKAN NASIB BANGSAMU?”

“wong bodo mati hale mlaku ning nduwur bumi,
den nyono wong kang urip nanging podo wong mati”.

Begitulah bunyi bait sya’ir yang termaktub di dalam kitab “Alala”. Bait itu sendiri menggambarkan bahwa betapa penting (urgent) atau wajibya belajar, agar hidup kita tidak terbelenggu dalam kebodohon, agar kita menjadi manusia yang berpengetahuan luas dan cerdas dalam menyikapi berbagai macam masalah kehidupan, sehingga kita benar-benar menjadi manusia yang bisa diandalkan oleh negara ini.

Pak Narto, merupakan seorang mahasiswa di salah satu universitas ternama di daerahnya. Beliau merupakan satu-satunya mahasiswa yang berusia jauh di atas rata-rata mahasiwa di kampus itu. Suatu ketika pak Narto sedang duduk khidmat membaca buku di teras sebrang ruang kelasnya, tiba tiba seorang mahasiswa muda datang sembari menawarkan softdrink yang ia bawa, mahasiswa muda itu kemudian bertanya: “Bapak ini umur berapa?, Kenapa bapak masih kuliah, bapak kan sudah tua?”. Mahasiswa muda tersebut bertanya dengan penuh keheranan dan rasa kasihan melihat kulit tangan Pak Narto yang sudah mulai mengkriput. Dengan santai dan penuh wibawa bapak Narto ini menjawab: “Umur saya 58 tahun, saya adalah orang yang bodoh sekali nak, saya menyesal kenapa tidak melanjutkan pendidikan dari dulu, sekarang saya baru sadar, ternyata hidup bodoh itu tidak ada manfaatnya sama sekali”. Sembari menghela nafas panjang, pak Narto melanjutkan penuturannya “Saya sudah lama bersahabat dengan kebodohan, semakin lama dan semakin erat hubungan saya dengan kebodohan menjadikan hidup saya semakin sengsara. Sekarang di sisa usia yang masih ada akan saya gunakan untuk belajar keras agar hidup saya tidak berakhir dengan kebodohan, dan semoga saya bisa menjadi manusia yang berguna bagi negara ini”.

Mahasiswa muda tersebut hanya tercengang mendengar jawaban yang panjang lebar dari bapak tua itu, dalam hatinya ia berkata: “Mengapa saya tidak pernah berfikiran seperti itu?, padahal saya lebih muda, saya lebih sehat dan bahkan otak saya lebih jarnih untuk berfikir ketimbang bapak tua itu”. Lantas pak Nartopun pergi meninggalkan mahasiswa muda yang masih tercengang itu, beliau berjalan menuju ruang kelasnya dengan menggunakan tongkat untuk membantu kakinya yang susah berjalan akibat cacat sebelah. Setelah melihat bapak tua tersebut memasuki ruang kelasnya mahasiswa muda tersebut bergegas mencari informasi tentang lelaki luar biasa yang barusan ia jumpai. Alangkah kagetnya mahasiswa itu ketika mengetahui ternyata bapak tua tersebut termasuk mahasiswa cerdas yang selama ini menjadi primadona di universitasnya.

Waktu terus berjalan, kini genap usia beliau 60 tahun. Tibalah masanya bapak tua tersebut diwisuda, tidak sedikitpun terpancar raut wajah minder dari pak Narto ketika bersanding dengan wisadawan-wisudawan lainnya yang berusia muda. Pak Narto memang tidak mempunyai sedikitpun rasa gengsi untuk terus belajar melanjutkan pendidikanya. Di sela-sela prosesi wisudanya , bapak tua ini berjalan menuju atas panggung dengan bantuan tongkatnya. Pak Narto berorasi di atas panggung dengan suara yang sangat lantang dan sangat keras kepada semua wisudawan pada saat itu. “Hai para pemuda pemuda!..... Sadarlah!!!.... Bangsa ini membutuhkan kalian, masa depan bangsa ini ada di tangan kalian, kapan lagi kalian akan sumbangkan otak-otak kalian untuk negara ini?, kapan lagi kalian akan sumbangkan tenaga kalian untuk nagara ini jika tidak sekarang juga?”. Melihat aksi bapak tua tersebut, seketika suasana menjadi hening dan sangat sunyi. Semua wisudawan tersentuh mendengar kata-kata beliau. Lantas pak Nartopun berjalan menuruni tangga demi tangga, dan kemudian kembali ke tempat duduk semula. Ternyata usaha belajar keras yang pak Narto lakukan itu tidak sia-sia, usahanya belajar membuahkan hasil yang mengagumkan, beliau termasuk ke dalam salah satu lulusan terbaik universitasnya.

Subhanallah, seorang bapak tua yang secara lahiriyah (fisik) sudah jelas lebih lemah, otaknyapun semakin tua semakin enggan untuk berfikir (belajar) , tubuhnyapun semakin tua semakin rentan terhadap penyakit. Namun semua itu tidak menjadi alasan bagi pak Narto untuk berhenti belajar, justru keadaan yang penuh keterbataan tersebut menjadikan beliau semakin semangat dan giat belajar. Alangkah indahnya jika pemuda-pemuda di negara kita mempunyai jiwa semangat belajar dan berjuang seperti halnya pak Narto. Andaikan mereka mempunyai kegigihan dalam melawan kebodohan di bidang apa saja, pasti negara kita akan cepat menjadi negar maju. Karena suatu negara tidak akan maju jika para penghuninya masih banyak yang mengidap penyakit kebodohan.
Misalkan dalam bidang ekonomi masih banyak orang yang belum mampu mengatur perekonomiannya, tentu menjadikan perkembangan ekonomi negara semakin merosot. Contoh lain dalam bidang pendidikan, masih banyak masyarakat khususnya pemuda-pemuda yang tidak terjun ke dalam lembaga pendidikan baik formal maupun non formal, hanya hidup lontang-lantung di jalanan, hanya bisa membuat gaduh masyarakat, tentu menunjukkan bahwa negara kita ini sangat minim akan ilmu pengetahuan, sehingga dapat dipastikan negara kita akan sulit untuk mencapai kemajuan. Berpijak pada fakta yang terjadi saat ini, bangsa kita semakin lama bukannya semakin memperkuat dan memperkokoh persatuan, justru yang kita capai adalah saling menyalahkan dan menjatuhkan satu sama lain, bahkan saling memporak-porandakan satu sama lain. Lalu, bagaimana negara kita akan maju?, jika untuk bersatu saja masih sulit. Padahal jika kita pahami, sebagian dari kita sedang hanyut dalam strategi permainan orang-orang yang ingin membubarkan dan menguasai negara kita, mereka ingin negara kita runtuh dengan cara mengkambing-hitamkan unur demi unur bangsa kita satu sama lain, sehingga bangsa kita akan mudah terpecah-belah dan menjadikan mereka mudah mengambil alih negara kita, serta edikit demi sedikit menguaai dan mengeruk kekayaan alam Indonesia.
Maka dari itu, di jaman sekarang ini “belajar” merupakan salah satu upaya yang sangat efektif untuk merubah peradaban bangsa kita. Dengan belajar keras dan bersungguh-sungguh kita akan menjadi manusia yang cerdik dan berpengetahuan luas, sehingga negara lain tidak bisa dengan mudah mempermainkan dan memperbudak negara kita, kita mampu mempertahankan kesatuan, persatuan dan keutuhan negara tercinta. Dengan belajar kita juga turut andil dalam berjuang untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, sehingga tercapai masyarakat hebat yang mampu mensejahterakan negara ini, turut serta dalam upaya perwujudan cita-cita luhur para pendahulu kita, yaitu menjadikan Indoneia sebagai negara yang maju, aman, pemanfaatan sumber daya alamnya dapat dioptimalkan, sumber daya manusianya cerdas dan berkepribadian luhur, sehingga Indonesia benar-benar menjadi tuan rumah di negeri sendiri.

“Jangan tanyakan apa yang sudah negara ini berikan kepada kalian, tetapi tanyakanlah apa yang sudah kalian berikan kepada negara ini”.

Saifudin Azzuhri Redaktur LPS Al Fikroh TPI AL Hidayah








Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "SEBUAH PERENUNGAN: “AKAN KEMANA KAU TARUHKAN NASIB BANGSAMU?”"

KONSEP DAKWAH ISLAM KIAI SALEH DARAT

A.  Biografi Kiai Saleh Darat             Kiai Saleh Darat lahir di Desa Kedung Cumpleng, Kecamatan Mayong, Kabupaten Jepara, t...